Rabu, 05 Juni 2013

Na'at Man'ut


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tentu membutuhkan sarana untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan salah satu  sarana yang dalam keseharian digunakan berkomunikasi sehingga terbentuklah suatu interaksi.
Dalam setiap bahasa tentunya mengandung beberapa struktur kalimat yang berbeda,  akan tetapi makna dan tujuannya sama.
Dalam uraian berikut, akan dijelaskan tentang salah satu struktur kalimat bahasa arab yaitu na’at dan man’ut yang dalam bahasa Indonesia disebut kata sifat dan kata yang disifati.
B.       Rumusan masalah
1.        Apa definisi na’at dan man’ut?
2.        Bagaimana penerapan na’at ma’ut dalam susunan kalimat?
3.        Apa yang disebut dengan kata sifat (adjektiva) dan bagaimana penerapannya?

 BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi Na’at Man’ut  Dalam Kitab Alfiyah Ibnu Malik:
فالنّعت تابع متمّ ما سبق #  بوسمه أو وسم ما به اعتلق
Shifat/na’at adalah kata yang menerangkan sifatnya kata sebelumnya, kata sebelumnya disebut maushuf/man’ut.
Shifat/na’at tanda pemberian ma’na (ص) barma’na: kang....
Fungsi na’at adalah mengkhususkan man’ut bila man’ut nakiroh dan menjelaskannya bila ma’rifat
 2. Penerapan Na’at Man’ut Dalam Susunan Kalimat
Na’at ada 2 yaitu :
-       Na’at haqiqi : na’at yang merafa’kan isim dlomir yang kembali pada man’ut
Contoh : جاء زيدٌ عاقلٌ
= Zaid yang berakal telah datang. Berakal itu merupakan sifat zaid.
-   Na’at sababi : na’at yang merafa’kan isim dlohir yang mudlof terhadap isim dlomir yang kembali pada man’ut.
Contoh ; جاءالرجل الحسن خطّّه
=telah datang seorang laki-laki yang bagus tulisannya.
* النعت تابع للمنعوت فى واحد من عشرة ولا تجتمع كلها فى وقت واحد الأربعة الأول من أوجه الإعراب الثلاثة وهو الرفع والنصب والخفض والثانى فى الإفراد أو التثنية أوالجمع والثالث فى التذكير اوالمؤنث والرابع فى التنكير آو المعرفة
Shifat/na’at harus ikut/sama dengan maushuf/ man’utnya di dalam :
1.      I’robnya (yaitu rafa’, nashab, dan jer)
2.      Ma’rifat / nakirohnya
3.      Mudzakkar/muannatsnya
4.      Mufrod/mutsanna/jamaknya
Berikut ini adalah contoh na’at man’ut:
I’rob (berubahnya akhir kalimah karena berbeda-bedanya amil yang masuk)
Rofa’ : ﺠﺍﺀ ﺰﯾدٌ ﻜﺭﯾﻢٌ
Nashab : ﺭأﯾﺖ ﺯﯾداً كريما
Jer :  مررت بزيد كريم
Ma’rifat :  حسن الرجل الصابر
Nakiroh :  جاء رجل عاقل
Mudzakkar : عليّ ولد صالح
Muannats :  جاءت عائشة صالحة
Mufrod :  جاء زيد العالم
Mutsanna : جاء الزيدان العالمان
Jamak :  جاء الزيدون العالمون
·                    Na’at atau sifat bisa dari isim musytaq (dapat diqiyas) atau yang syibih musytaq (menyerupai isim yang diqiyas) yaitu isim yang ditemui ya’ nashab, bilangan,ذو , dan isim isyaroh.
Contoh:
جاء زيد عاقل                isim musytaq
جاء زيد عربىّ   ,  مررت بزيد ذى مال  ,  dll                syibih musytaq
عربيّ: adalah menjadi sifat yang terbuat dari isim yang ditemui ya’ nashab (isim yang ditemui ya’ nashab, bilangan, dan ذو termasuk yang menyerupai musytaq) dan bisa dijadikan sifat atau na’at.
Dasar bait :      وانعت بمشتقّ كصعب وذرب  #  وشبهه كذا وذى والمنتسب  
·                    Na’at atau sifat bisa dari masdar, syaratnya harus mufrod mudzakkar walaupun man’utnya berupa muannats/tatsniah/jamak.
Contoh: مررت بالنساء عدل
عدل: adalah menjadi sifat, karena sifat terbuat dari masdar maka harus mufrod mudzakkar, walaupun man’utnya selain mufrod mudzakkar.
Dasar bait :  ونعتوا بمصدر كثيرا  #  فالتزموالإفراد والتذكيرا
·                    Apabila man’ut berupa isim jamak yang tak berakal (jamak ghoiru ‘aqil) maka na’atnya boleh berbentuk mufrod muannats/jamak mu’annats.
Contoh;  إنفجرت الجبال العالية
إنفجرت الجبال العاليات            = Gunung2 yang tinggi itu meletus
·                    Ketika ada na’at tidak mufrod (na’atnya tidak hanya satu) dan beda-beda ma’nanya maka na’at harus dipisah dengan menggunakan huruf ‘athaf.
Contoh :  جاء علي الغنيّ والبخيل  ,  جاء علي الكاتب والشاعر
Dasar bait:  و نعت غير واحد إذااختلف  #   فعاطفا فرّقه لا إذاانتلف
·                    Setiap jumlah /kalimat yang terletak setelah isim nakiroh maka dia dianggap   sebagai naat (sifat)
Contoh:     هذا عمل يفيدIni adalah amalan yang berfaidah
 مضى يوم برده قارص    Hari yang dinginnya menusuk telah berlalu.  [1]
 
3.  Penerapan Kata Sifat Dalam Berbahasa Indonesia.
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus terhadap kata benda. Contoh: kecil, bundar, indah.
Kata sifat dicirikan dengan
1.      Bisa didahului atau diikuti kata keterangan yang menyatakan kualitas, seperti sangat,sekali,lebih, kurang, cukup. Contoh : sangat cantik, kurang pandai, cukup merdu.
2.      Dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan se-nya. Contoh : sebesar-besarnya, sejauh-jauhnya, sebaik-baiknya.

A. Jenis-jenis kata Adjektif
1. Adjektif Jati
Ia menerangkan sifat atau rupa yang jati.
Contoh:  Buku itu berwarna biru,   Budak kurus itu kawan saya.  
2. Ajdektif Bilangan atau pecahan
Ia menunjukkan bilangan atau pecahan.
Contoh :  Ayah memiliki dua buah kereta,   Saya membeli beberapa kuntum bunga.
3. Adjektif Tunjuk
Ia menunjukkan “bagaimana” / “yang mana”
Contoh : Baju ini mahal harganya,   Perkara demikian jangan diulangi lagi.
4. Adjektif pencerai / pengasingan
Ia menerangkan benda yang disifatkan itu dikira satu-satu atau selonggok-selonggok. Contoh : Setiap pelajar mesti berdiplin ,    Ambil barang masing-masing.

B. Pangkat-pangkat Adjektif
1. Pangkat biasa
ia dinyatakan dengan menggunakan kata adjektif biasa.
Contoh :Baju dia cantik, Buah betik itu manis.
2. Pangkat perbandingan
Ia merupakan perbandingan sama, lebih atau kurang.
Contoh : Tenaganya sekuat Badang, Buah jambu itu semanis gula.
3. Pangkat menyangat
Ia menerangkan adjektif yang keterlaluan seperti sangat, amat, benar-benar dan sebagainya.
Contoh : Cuaca hari ini sangat mendung, Buah rambutan ini terlalu masak.
4. Pangkat penghabisan
Ia menerangkan adjektif paling satau penghabisan.
Contoh : Gunung Kinabalu adalah gunung yang paling tinggi di Malaysia.
     Menera KLCC bangunan yang tertinggi di Malaysia. [2]

 BAB III
PENUTUP
Bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.
          Yang disayangkan di zaman sekarang ini, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Maka kaum muslimin
mempunyai andil dan peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan  mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.

                                                            DAFTAR PUSTAKA
[1] Amin Fauzan, الإختصار فى النحو والصرف ويحتوى على ألفية إبن مالك, CV. MABADI SEJAHTERA, 2005, hlm.51-52








Tidak ada komentar:

Posting Komentar