Rabu, 29 Mei 2013

المنهج عند الغزالى



وَيَرَى أَنَّ تَفَاوُتَهَا يَرْجِعُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ ثَلاَثَةِ أَسْبَابٍ. فَإِمّاَ أَنَّ تَفَاوُتَهَا يَرْجِعُ إِلَى الْغَرِيْزَةِ الَّتِى يَتَوَصَّلُ إِلَى مَعْرِفَتِهَا أَوْ يَرْجِعُ إِلَى مَدَى نَفْعِهَا لِلْإِنْسَانِ أَوْ إِلَى الْمَكَانِ الَّذِى تُدْرَسُ فِيْهِ.
            Dikatakan oleh Imam Ghazaly bahwa perbedaan keutamaan metode pembelajaran terletak pada salah satu di antara tiga sebab yaitu adakalanya perbedaan itu disebabkan oleh keutamaan insting (naluri) yang ada pada seseorang, sejauh mana kegunaan ilmu itu bagi umat manusia, atau terletak pada tempat dipelajarinya.                                                                                            
عُلُوْمُ الدِّيْنِ هِيَ أَفْضَلُ الْعُلُوْمِ عَلَى اِخْتِلَافِهَا، لِأَنَّهَا إِنَّمَا تُدْرَكُ بِكَمَالِ العَقْلِ؛ وَصَفَاءِ الذَّكَاءِ، وَالْعَقْلُ أَشْرَفُ صِفَاتِ الْإِنْسَانِ. إِذْبِهِ تَقْبَلُ أَمَانَةَ اللهِ. وَبِهَا يَتَوَصَّلُ إِلَى جِوَارِ اللهِ سُبْحَانَهُ. 
Ilmu pengetahuan agama dengan berbagai ragamnya adalah ilmu pengetahuan yang utama, karena ilmu tersebut dapat di capai melalui kesempurnaan akal dan kejernihan pikiran. Sedangkan akal pikiran adalah sifat manusia yang paling mulia. karena dengan akal itu juga manusia sanggup menerima amanah Allah SWT. Dan dengan amanah Allah itu manusia dapat sampai di sisi Allah SWT.
قَسَّمَ الْغَزَالِىُّ الْعُلُوْمَ وَرَتَّبَهَا إِلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ حَسْبَ ضَرُوْرَتِهَا وَأَهَمِّيَتِهَا لِلْمُتَعَلِّمِ.
أَوَّلاً: مَدَى مَنْفَعَةُ الْعُلُوْمِ لِلْإِنْسَانِ فىِ حَيَاتِهِ الدِّيْنِيَّةِ، وَفِى دُنْيَاهُ الْاَخِرَةِ مِثْلُ الْقُرْآنِ، وَعُلُوْمُ الدِّيْنِ.
ثَانِيًا: مَدَى مَنْفَعَتِهَا لِلْإِنْسَانِ مِنْ حَيْثُ ضَرُوْرَتِهَا، وَخِدْمَتِهَا لِعُلُوْمِ الدِّيْنِ، مِثْلُ عِلْمِ اللُّغَةِ وَالنَّحْوِ.
ثَالِثًا: مَدَى مَنْفَعَتِهَا لِلْإِنْسَانِ فىِ حَيَاتِهِ الدُّنْيَا، مِثْلُ عِلْمِ الطِّبِّ.
    رَابِعًا: مَدَى مَنْفَعَتِهَا، مِنْ حَيْثُ ثَقَافَتِهِ، وَاسْتِمْتَاعِهِ بِالْعِلْمِ وَتَدْخُلُهَا فِى حَيَاتِهِ الْإِجْتِمَاعِيَّةِ، مِثْلُ الشِّعْرِ وَالتَّارِيْخِ وَالسِّيَاسَةِ وَالْأَخْلاَقِ.
Imam Ghazaly mengklasifikasikan dan menyusun ilmu menjadi empat bagian sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bagi seorang murid.
1-      Sejauh mana manfaat ilmu itu bagi umat manusia dalam kehidupan beragama, baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan agama lainnya.
2-      Sejauh mana manfaatnya bagi manusia dari segi kepentingannya dan sumbangan terhadap ilmu agama, seperti ilmu bahasa dan ilmu nahwu.
3-      Sejauh mana manfaatnya bagi manusia dalam kehidupan di dunia, seperti ilmu kedokteran.
4-      Sejauh mana manfaatnya dari segi kebudayaan dan dampak positif ilmu itu dalam kehidupan masyarakat, seperti puisi, sejarah, politik dan akhlak.
وَهَكَذَا يَكُوْنُ الْمَنْهَجُ الدِّرَاسِيُّ الَّذِى وَضَعَهُ الْغَزَالِىُّ لَهُ أَرْبَعُ مَرْتَبَاتٍ. الْمَرْتَبَةُ الأُوْلَى الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ وَعُلُوْمُ الدِّيْنِ وَالثَّانِيَةُ عُلُوْمُ اللُّغَةِ (الْعَرَبِيَّةِ) وَالنَّحْوِ، وَمَخَارِجُ الْحُرُوْفِ وَالْأَلْفَاظِ وَالثَّالِثَةُ فُرُوْضُ الْكِفَايَةِ وَالرَّابِعَةُ الْعُلُوْمُ الثَّقَافِيَّةُ.
Dengan demikian metode pembelajaran yang diciptakan oleh Imam Ghazaly memiliki empat tingkatan yaitu  pertama, Al-Qur’an dan ilmu-ilmu pengetahuan agama. Kedua, Ilmu Bahasa Arab dan Ilmu Nahwu serta Ilmu Makharijul Huruf. Ketiga, Ilmu Pengetahuan yang hukum mempelajarinya fardhu kifayah. Keempat, Ilmu Kebudayaan.
وَقَدْ نَصَحَ الْغَزَالِىُّ اَنْ تُرَاعَى الْفُرُوْقُ بَيْنَ الْاَفْرَادِ فِى اخْتِيَارِ الْمَوَادِّ اَوِ الْعُلُوْمِ الَّتِى يُدَرِّسُوْنَهَا.
Imam Ghazaly menyarankan perlunya diperhatikan perbedaan antara individu-individu, dalam pemilihan bahan-bahan pelajaran atau ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
     وَبِدِرَاسَةِ هَذَا المَْنْهَجِ يَتَّضِحُ اَنَّهُ مَنْهَجٌ شَامِلٌ، يَصْلُحُ لِمَرَاحِلَ الدِّرَاسَةِ الأَوَّلِيَّةِ وَالثَّانَوِيَّةِ وَالْعَالِيَةِ.                                                                        
            Dengan mempelajari metode ini, menjadi jelaslah bahwa ia adalah metode yang menyeluruh, pantas diterapkan untuk Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah Atas.
         وَقَدْ اِهْتَمَّ الْغَزَالِىُّ فِى إِعْدَادِ مَنْهَجِهِ بِالْعُلُوْمِ الدِّيْنِيَّةِ وَالْخُلُقِيَّةِ، كَمَا اِهْتَمَّ بِالْعُلُوْمِ الضَّرُوْرِيَّةِ لِحَيَاةِ الْمُجْتَمَعِ. لَكِنَّهُ لَمْ يَعِرُّ الْعُلُوْمَ الْفَنِيَّةَ، أَوِ الْجَمَالِيَةَ أَىَّ اهْتِمَامٍ،      عَلَى أَنَّ هَذَا يَرْجِعُ بِطَبِيْعَةِ الْحَالِ لِتَصَوُّفِهِ وَتَقَشُّفِهِ.                                     
       Imam Ghazaly dalam mempersiapkan metodenya benar-benar  memperhatikan Ilmu Pengetahuan Agama dan Moral, sebagaimana beliau juga memperhatikan ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat. Namun beliau kurang memperhatikan Ilmu Kesenian maupun Estetika. Hal itu kembali kepada pandangan hidupnya yang berbau tasawuf serta sikapnya yang menjauhi kemewahan dan keindahan.
     كَذَالِكَ فَلَمْ يُؤَكِّدِ الْغَزَالِىُّ أهَمِّيَّةَ التَّعْلِيْمِ الْمِهْنِىِّ بِالرَّغْمِ مِنْ تَاْكِيْدِهِ أهَمِّيَّة تَعْلِيْمِ الصِّنَاعَاتِ الضَّرُوْرِيَّةِ لِحَيَاةِ الإِنْسَانِ، وَالْمُجْتَمَعِ الْبَشَرِىِّ.                               
       Begitu juga Imam Ghazaly tidak menegaskan pentingnya pendidikan kejuruan, meskipun beliau menegaskan pentingnya pendidikan perindustrian yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan masyarakat.
وَتَتَّضِحُ فِى مَنْهَجِ الْغَزَالِىِّ نَزْعَتَانِ :                                              
        ١-النَّزْعَةُ الدِّيْنِيَّةُ الصُّوْفِيَّةُ الَّتِى تَجْعَلُهُ يَضَعُ عُلُوْمَ الدِّيْنِ فَوْقَ كُلِّ اعْتِبَارٍ وَيَرَاهَا أَدَاةً لِتَطْهِيْرِ النَّفْسِ، وَتَنْقِيَتِهَا مِنْ صَدَإِ الدُّنْيَوِيَّاتِ.                                       
            Dalam metode versi Imam Ghazaly dapat dilihat dengan jelas adanya dua kecenderungan, yakni:
1-   Kecenderungan agamawi yang bercorak sufi. Dalam hal ini beliau menempatkan ilmu pengetahuan agama di atas segala ilmu lainnya dan menetapkannya sebagai alat untuk mensucikan jiwa serta membersihkannya dari karat kehidupan duniawi.
          ٢- النَّزْعَةُ الْوَاقِعِيَّةُ النَّفْعِيَّةُ. أَنَّهُ يُبَيِّنُ أَنَّ الْعِلْمَ السَّلَبِىَّ الَّذِى لاَ يَسْتَعْمِلُهُ صَاحِبُهُ لِنَفْعِ الْبَشَرِ، إِنَّمَا هُوَ عَدِيْمُ الْقِيْمَةِ. كَقَوْلِهِ: "اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ، وَالْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلاَّ الْعَامِلُوْنَ وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلاَّ الْمُخْلِصُوْنَ".               2- Kecenderungan faktual pragmatik. Beliau menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan yang tidak dipergunakan oleh pemiliknya untuk memberi manfaat kepada umat manusia adalah suatu ilmu yang negatif dan tidak bernilai. Seperti ucapannya “Manusia itu seluruhnya akan punah kecuali orang-orang yang berilmu, dan orang-orang yang berilmu ini pun semuanya akan lenyap kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya, dan orang-orang yang mengamalkan ilmunya itu pun seluruhnya juga akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beramal”.